­

Kembali

12:58 PM

 Hai lagi!

Semester pertama belajar psikologi sudah berhasil saya lalui. Hasilnya yang bisa dibilang cukup memuaskan meskipun sebenarnya belum memenuhi target.

Semester pertama dan 6 bulan saya di perantauan..

Banyak sekali yang saya dapatkan setelah menjalani 6 bulan di perantauan baik di perkuliahan maupun di luar kampus.

Tadinya, saya tinggal di Balikpapan. Balikpapan adalah kota kecil yang sangat nyaman di pulau Kalimantan. Apa? Kalimantan? Sebagian respon orang yang pertama kali mendengar saya berkata Balikpapan adalah "Ooooh" (tapi setelahnya bertanya itu di mana), "Oooh" (setelah beberapa lama mulai bertanya ada apa di Balikpapan, "Tenggelam dong, kan di baliknya papan". Jujur saja awalnya saya sempat merasa kesal, tapi lama-lama saya berpikir bahwa ya memang ini resikonya hijrah ke kota besar seperti Surabaya. Saya menjadi terdorong untuk memperkenalkan Balikpapan lebih jauh, bahwa Balikpapan yang kecil bukan berarti tidak ada apa-apa.

Saya aslinya adalah orang Jawa, saya mengerti Bahasa Jawa tetapi tidak bisa berbahasa Jawa. Kadang terbesit keinginan untuk berbaur menggunakan Bahasa Jawa, karena di Surabaya bahasa daerahnya yang cukup kental dan digunakan juga di dalam bahasa sehari-hari. Seringkali saya menemui momen hati ingin tapi mulut tak bergerak. Ingin menyahut tapi bingung bagaimana. Meskipun begitu, cepat atau lambat saya tau saya harus bisa berbaur dan sedikit demi sedikit mengeluarkan kejawaan saya. Kan katanya orang sukses adalah orang yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Okay, semester pertama saya mempelajari psikologi. Apa sih sebenarnya psikologi itu?

Pada dasarnya psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia. Selama ini, saya belajar tentang mengapa psikologi itu ada, teori-teori yang berhubungan dengan interaksi antar individu maupun kelompok yang dapat diaplikasikan langsung pada kehidupan sehari-hari, mengulas  pertanyaan "mengapa" yang sering muncul ketika kita sedang tidur makan dll, mempelajari bagian-bagian otak dan penyebab biologis dari perilaku manusia, bahkan membedah otak sapi.
Belajar psikologi membuat saya lebih berhati-hati dalam menilai seseorang. Tidak boleh sembarangan, tidak hanya melihat dari satu sisi saja. Saya juga belajar untuk bersikap netral terhadap segala persoalan yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Sampai titik ini saya merasa bahwa belajar psikologi itu susah-susah gampang. Ternyata berbagai perilaku, pendapat, dan pemikiran manusia itu ada teori-teorinya juga. Cukup menyenangkan karena objek kajiannya adalah manusia, ada di mana-mana.

Pertemanan dan rasa saling memiliki. Kata teman saya Danti, "Sense of belongingnya dong tolong"

Hidup di perantauan memang tidak mudah. Meskipun di Surabaya saya tinggal dengan nenek saya, tetapi tetap saja tidak mudah. Kuliah adalah masa di mana kita harus sangat belajar untuk mandiri.
Tidak hanya mandiri, tetapi juga mulai menetapkan jati diri. Saya bersyukur, di Surabaya saya punya teman-teman sepermainan yang bisa dibilang sangat care dengan kebutuhan satu sama lain. Meskipun teman-teman saya ini berasal dari Jabodetabek, tetapi entah saya merasa cocok. Melalui mereka, saya belajar untuk menjadi orang yang lebih peduli, karena saya tadinya cukup cuek dengan kebutuhan orang lain. Melalui mereka, saya belajar untuk membuka diri dan tidak takut menjadi diri saya sendiri. Melalui mereka, saya belajar untuk lebih sering main snapchat dan ngechat.

Ketika di perantauan, kamu tidak bisa hanya mengandalkan diri sendiri. Kembali kepada konsep manusia adalah makhluk sosial, kamu akan membutuhkan orang lain. Bahkan kadang, akan sangat membutuhkan orang lain. Kebanyakan dari beberapa kejadian dan kasus yang terjadi dan sampai di telinga saya, jika kamu nekat untuk tetap menjalani hidup sendiri maka kamu akan merasa sangat tidak nyaman dan bahkan bisa stres dengan kegiatan-kegiatanmu di perantauan. Tetapi bagaimana kamu dipedulikan oleh orang lain? Ya dengan mempedulikan orang lain. Di perantauan sangat penting untuk berinteraksi baik dengan lingkungan sekitar. Untuk beradaptasi. Penting untuk bertanya dan peduli tentang keadaan teman. Saling memiliki, dalam pertemanan perantauan itu sangat dibutuhkan.

Sekarang saya sudah memasuki semester 2, dengan kepadatan jadwal dan keinginan saya untuk berpartisipasi dalam kepanitiaan dan kegiatan kampus saya hanya bisa berharap apa yang sudah saya hasilkan kemarin tidak turun. Apa yang saya dapatkan tidak hilang, dan justru bertambah.

Salam anak rantau!


Love,
Andrea




You Might Also Like

5 comments

  1. Hi ue kan dr bandung gak disebut ni

    ReplyDelete
  2. Salam anak rantau!
    Cukup menjengkelkan juga ketika orang lain ga tau sama daerah kita. Merantau sekalian jadi duta daerah. Hehe..

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Featured Post

celotehan pelajar SMA-Gymnasium

Hi, kali ini saya bakal share dengan Bahasa Indonesia karena sasaran saya kali adalah teman-teman saya di Indonesia. Kalau saya tulis dalam ...

http://instagram.com/agniandrea

Subscribe